Jumat, 05 November 2010

Integrasi Keilmuan UIN Maliki Malang


1 Landasan Keilmuan
Integrasi adalah pengembangan keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) dengan ilmu pengetahuan pada umumnya, maka yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah bagaimana suasana pendidikan, kultur akademik, kuriukulum, sarana dan prasarana dan yang tidak kalah pentingnya adalah profil guru yang harus dipenuhi untuk mewujudkan konsep pendidikan integratif seperti yang dimaksudkan itu. Integrasi, terpadu atau apapun sebutannya tidak hanya bersifat formal, yang hanya mencakup persoalan-persoalan sepele dan artifisial, tetapi integrasi dalam kualitas berbagai komponen sistem penyelenggaraan pendidikan, yang semuanya itu berujung pada terwujudunya kepribadian siswa yang integratif, yang sekaligus menunjukkan adanya tingkat keunggulan tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Salah satu upaya fundamental dan strategis yang ditempuh UIN Maliki Malang adalah melakukan rekonstruksi paradigma keilmuan, dengan meletakkan agama sebagai basis ilmu pengetahuan. Upaya ini dipandang fundamental dan strategis, bahkan dalam kerangka pengembangan UIN MalikiMalang ke depan, upaya ini mendapatkan prioritas terpenting yang perlu dibenahi adalah karena konstruk keilmuan ini merupakan nafas atau ruh setiap perguruan tinggi.
 Persoalan terpenting dari kerangka pengembangan ilmu di perguruan tinggi Islam adalah tidak relevannya konstruk keilmuan yang dikembangkan dengan visi dan misi yang hendak dijalankan. Apa yang dipahami mengenai ilmu, budaya, dan seni, yang dikaitkan dengan agama. dalam hal ini Islam seringkali menunjukkan pemahaman yang sangat sempit, yang kemudian berimplikasi pada sempitnya wilayah garapan perguruan tinggi Islam, seperti yang dikesankan itu.
Paradigma keilmuan, budaya, dan seni Islam yang dikembangkan oleh perguruan tinggi Islam masih terasa tidak relevan dengan jati diri sebenarnya dari Islam yang berwatak universal dan menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Paradigma ilmu termasuk dalam persoalan budaya dan seni yang dipelihara dan dijadikan acuan baku oleh perguruan tinggi Islam masih sangat konservatif, seperti tercermin pada adanya dikotomi ilmu, yakni ilmu umum versus ilmu agama, atau dikotomi ilmu versus agama. Paradigma itulah yang perlu dikonstruk kembali untuk mengawali perubahan-perubahan mendasar dalam sistem penyelenggaraan perguruan tinggi Islam, dan inilah yang dilakukan oleh UIN Maliki Malang.
Membicarakan Lembaga Pendidikan Integratif, dengan tujuan mewujudkan integrasi antara pengembangan spiritual, pengembangan intelektual, pengembangan sosial, dan pengembangan kecakapan lainnya, merupakan fenomena yang sangat menarik.
Lembaga Pendidikan Integratif bernuansa Islam, secara bertahap, menurut hemat saya, perlu mulai menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan secara menyeluruh, baik pada tataran teologis, filosofis, teoritis-akademis, dan bahkan pada tataran praktisnya. Selama ini, saya mengamati, al-Qur’an dan as-Sunnah sebatas dijadikan sebagai dasar acuan (paradigma, atau frame of reference) pelaksanaan pendidikan yang sangat terbatas, yaitu pada tataran ibadah ritual belaka. Informasi transendental menyangkut kehidupan luas seperti persoalan penciptaan, manusia dan makhluk sejenisnya, jagad raya yang mencakup bumi, mata hari, bulan, bintang, langit, gunung, hujan, laut, air, tanah. Islam juga menawarkan konsep kehidupan yang menyelamatkan dan membahagiakan, baik di dunia maupun di akherat. Jika pemikiran tersebut ditarik ke tataran operasional, maka yang perlu dikembangkan adalah menyangkut kurikulum, bahan ajar yang mengkaitkan (mengintegrasikan) ajaran yang bersumber dari ayat-ayat qawliyyah (al-Qur’an dan al-Hadis) dengan ayat-ayat kawniyyah (alam semesta) secara terpadu dan utuh. Misalnya, ayat al-Qur’an tentang penciptaan langit, bumi, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya akan dijadikan petunjuk awal dalam kajian kosmologi, astronomi, biologi, fisika dan lain-lain.
             Pendidikan Islam integratif seyogyanya juga tidak hanya tercermin dari bahan ajar yang disajikan di kelas, bahkan lebih dari itu menyangkut seluruh aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Aspek-aspek itu misalnya menyangkut hubungan-bungungan antar dan interpersonal yang mencerminkan adanya nuansa ke-Islaman, lingkungan yang menggambarkan kebersihan dan kerapian serta keindahan, hak dan kewajiban diwarnai oleh suasana hati yang serba ikhlas, syukur, sabar, tawakkal dan istiqamah.
            Uswah hasanah dari seluruh komponen yang dapat diwujudkan. Sebab bukankah pendidikan itu sesungguhnya adalah proses keteladanan uswah hasanah dan pembiasaan. Jika kita menghendaki para siswa tekun melakukan ibadah secara berjamaah, maka dalam kaitannya dengan pembiasaan, maka seharusnya tatkala dari masjid dikumandangkan azan, seyogyanya para guru dan siswa segera dan bergegas mengambil air ber-wudhu’ dan menuju masjid untuk shalat berjamaah. Hal-hal seperti ini, sepertinya sangat sepele sifatnya, akan tetapi di balik itu sesungguhnya sangat besar sumbangannya bagi upaya membangun watak atau karakter Islam sebagaimana tujuan utama dibangunannya lembaga pendidikan Islam ini.
Meskipun kita mengenal istilah ilmu agama dan ilmu umum, akan tetapi kita tidak lupa bahwa ilmu-ilmu jenis kedua itu, didalam islam, haruslah yang islami. Dengan memandang semua teori ilmu umum itu dari kaca mata islam, kita telah mengintegrasikan ilmu menjadi satu, yaitu semua ilmu adalah ilmu Allah karena datangnya memang dari Allah,

2 Metode integrasi
            Dalam pandangan islam, mahasiswa merupakan komunitas yang terhormat dan terpuji, Allah swt berfirman :
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadalah:11),
karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmuwan (ulama’) yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan penjelasan pada masyarakat dengan pengetahuannya itu, Allah swt berfirman dalam surat At-Taubah :122
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS.At-Taubah:122).
 Oleh karenanya, mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang penting untuk menggerakkan masyarakat islam untuk menuju kekhalifahannya yang mampu membaca alam nyata sebagai sebuah keniscayaan ilahiyah (QS. Al-Imran: 191)
            Universitas memandang keberhasilan pendidikan mahasiswa, apabila mereka memiliki identitas sebagai seseorang yang mempunyai:
  1. Ilmu pengetahuan yang luas;
  2. Penglihatan yang tajam;
  3. Otak yang cerdas;
  1. Hati yang lembut;dan
  2. Semangat tinggi karena Allah.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, kegiatan kependidikan di universitas, baik kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler, diarahkan pada pemberdayaan potensi dan kegemaran mahasiswa untuk mencapai target profil lulusan yang memiliki ciri-ciri:
  1. kemandirian;
  2. Siap berkompetensi dengan lulusan perguruan tinggi lain;
  3. Berwawasan akademik global;
  4. Kemampuan memimpin/sebagai penggerak ummat;
  5. Bertanggung jawab dalam mengembangkan agama islam di tengah-tengah masyarakat;
  6. Berjiwa besar, selalu peduli pada orang lain/gemar berkorban untuk kemajuan bersama;dan
  7. Kemampuan menjadi teladan bagi masyarakat sekelilingnya.

         Strategi tersebut mencakup pengembangan kelembagaan yang tercermin dalam:
a. Kemampuan tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, penelitian, dan berbagai aktifitas ilmiah-religius.
b. Kemampuan tradisi akademik yang mendorong lahirnya kewibawaan  akademik bagi seluruh civitas akademika.
c. Kemampuan menejemen yang kokoh dan mampu menggerakkan seluruh potensi untuk mengembangkan kreativitas warga kampus.
d. Kemampuan antisipatif masa depan dan bersifat proaktif.
e. Kemampuan mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi kekuatan penggerak lembaga secarah menyeluruh.
f. Kemampuan membangun bi’ah Islamiyah yang mampu menumbuhsuburkan akhlakul karimah bagi civitas akademika.

 3 Nilai Dasar Integrasi
Pengintegrasian nilai-nilai Islami dalam rencana pembelajaran dilakukan di bagian materi utama pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Di bagian materi pembelajaran dari rencana pembelajaran, integrasi dilakukan dengan cara melampirkan kutipan-kutipan ayat Al-Qur’an atau hadits yang relevan dengan
topik/materi utama pembelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, di bagian kegiatan pembelajaran dari rencana pembelajaran, integrasi dilakukan dengan cara membuat daftar kegiatan-kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai Islami yang akan dilakukan selama proses belajar-mengajar.
Pengintegrasian nilai-nilai Islami kedalam materi pembelajaran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
(1) menambahkan latihan-latihan yang mencerminkan nilai-nilai Islami kedalam topik yang diajarkan;
(2) menyisipkan nama-nama Islami untuk orang, tempat atau peristiwa kedalam latihan-latihan yang ditambahkan;
(3) melampirkan kutipan ayat-ayat Al-Qur’an dan/atau hadits yang relevan dengan topik pada materi utama pembelajaran; dan
(4) mencampur ungkapan-ungkapan khas Islami dengan ungkapan-ungkapan bahasa Inggris yang sesuai dengan materi utama pembelajaran.
Di dalam kegiatan pembelajaran, integrasi nilai-nilai Islami dilakukan dengan cara:
 (1) melakukan campur-kode dan alih-kode antara ungkapan-ungkapan bahasa inggris dengan ungkapan-ungkapan khas Islami yang sesuai berdasarkan konteks situasi;
 (2) mengaitkan topik-topik yang diajarkan dengan ajaran islam yang sesuai yang dilakukan dengan cara mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan/atau hadits yang relevan dan/atau dengan menjelaskan ajaran islam yang sesuai dengan topik tersebut;
(3)  menggunakan nama-nama Islami untuk orang, tempat atau peristiwa dalam membuat contoh-contoh kalimat atau naskah percakapan; dan
(4) memberi tugas kepada siswa untuk menulis atau mencari jenis jenis teks tertentu yang berkaitan dengan nilai-nilai Islami yang sesuai dengan topik yang diajarkan.
Sementara itu, pengintegrasian nilai-nilai Islami dalam kegiatan penilaian dilakukan melalui penilaian informal dalam bentuk pemberian pertanyaan-pertangaan lisan, pengamatan guru, pemberian tugas, dan membaca nyaring yang materinya mencakup nilai-nilai Islami yang diintegrasikan. Disamping itu, pengintegrasian nilai-nilai Islami dalam kegiatan penilaian juga dilakukan melalui ulangan-ulangan harian dalam bentuk tes lisan dan tes tertulis.

3 Kesimpulan
           
  1. Integrasi adalah pengembangan keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam hal ini Islam) dengan ilmu pengetahuan pada umumnya. Integrasi, terpadu atau apapun sebutannya tidak hanya bersifat formal, yang hanya mencakup persoalan-persoalan sepele dan artifisial, tetapi integrasi dalam kualitas berbagai komponen sistem penyelenggaraan pendidikan, yang semuanya itu berujung pada terwujudunya kepribadian siswa yang integratif, yang sekaligus menunjukkan adanya tingkat keunggulan tertentu dibandingkan dengan yang lain.
  2. Universitas memandang keberhasilan pendidikan mahasiswa, apabila mereka memiliki identitas sebagai seseorang yang mempunyai:
1.         Ilmu pengetahuan yang luas;
2.         Penglihatan yang tajam;
3.         Otak yang cerdas;
4.         Hati yang lembut;dan
5.         Semangat tinggi karena Allah
         Untuk mencapai keberhasilan, kegiatan kependidikan di universitas, baik kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler, diarahkan pada pemberdayaan potensi dan kegemaran mahasiswa.
3.   Pengintegrasian nilai-nilai Islami dilakukan dengan cara melampirkan kutipan-kutipan ayat Al-Qur'an atau hadits yang relevan dengan topik/materi utama pembelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, di bagian kegiatan pembelajaran dari rencana pembelajaran, integrasi dilakukan dengan cara membuat daftar kegiatan-kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai Islami yang akan dilakukan selama proses belajar-mengajar.

           

Daftar Pustaka

Suprayogo, Imam.2009.Paradigma Pengembangan Keilmuan di Perguruan Tinggi.Malang:UIN Malang Press.
Suprayogo, Imam.2009.Tarbiyah Uli al-Albab;Dzikr, fikr, dan Amal shaleh. Malang:UIN Malang Press.
Tim UIN Maliki Malang.2009. Pedoman Pendidikan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang:UIN Malang Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar